Kabar Kata
Memuat semua berita tentang sejarah, perkembangan, dan informasi terbaru bahasa Indonesia.
Model Analisis Morfologi dan Kaitannya dengan Pengajaran Bahasa Indonesia
Jumat, 07 Juli 2023 13:29 WIB
Ejaan.id—Morfologi adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang morfem dan kombinasinya. Di dalamnya, dapat diketahui bagaimana sebuah kata terbentuk.
Ada beberapa model atau teknik yang digunakan untuk menganalisis satuan-satuan kata dalam kajian morfologi. Tiga di antaranya adalah (1) model kata dan paradigma (word and paradigm), (2) model tata nama (item and arrangement), dan (3) model proses (item and process).
Apa perbedaan ketiga model tersebut? Yuk, simak pembahasannya berikut ini!
1. Model Paradigma
Dalam model ini, morfem dijadikan sebagai satuan dasar kata dan unsur-unsur kata. Misalnya, untuk menganalisis kata pembaca, kata tersebut diuraikan bersama dengan kata-kata lain yang separadigmna atau memiliki bentuk-bentuk yang mirip dengannya, seperti contoh-contoh kata berikut ini.
pembaca
membaca
bacaan
terbaca
pembacaan
Melalui penguraian yang demikian, dapat diketahui bahwa satuan baca adalah morfem yang sama karena dapat muncul berulang dalam bentuk berbeda, tetapi bermakna tetap.
2. Model Tata Nama
Dalam model tata nama, morfem disajikan dengan memperlihatkan hubungan antarunsur dalam kata secara gramatikal. Contohnya, kata pembaca terdiri atas morfem afiks {pe-} dan morfem dasar {baca}. Adapun kata bacaan, terdiri atas morfem dasar {baca} dan sufiks {-an}. Lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh kata berikut ini.
membaca → {me-} + {baca}
bacaan → {baca} + {-an}
terbaca → {ter-} + {baca}
pembacaan → {pe-} + {baca} + {-an}
3. Model Proses
Dalam model proses, satuan kompleks—kata berpolimorfemis—dipandang sebagai hasil dari sebuah proses yang melibatkan dua buah komponen, yaitu dasar dan proses. Contohnya, kata pembaca, dasarnya adalah {baca} dan prosesnya adalah prefiksasi dengan prefiks {pe-}.
Adapun pada kata keterbacaan, prosesnya berlangsung dua tahap. Pertama, bentuk dasar {baca} diberi prefiks {ter-} sehingga muncul dalam bentuk {terbaca}. Kedua, bentuk tersebut diberi proses konfiksasi {ke-an} sehingga muncul dalam bentuk {keterbacaan}.
keterbacaan
baca → terbaca (prefiksasi) → keterbacaan (konfiksasi)
Dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa Indonesia, model yang biasanya digunakan adalah model tata nama. Masalahnya, ternyata, model ini tidak bisa menguraikan semua fenomena morfologis dalam bahasa Indonesia.
Misalnya, bagaimana kita bisa menguraikan proses terjadinya bentuk pelajar dan pengajar? Berdasarkan perspektif model tata nama, kata itu diuraikan seperti berikut ini.
Pelajar → {pe-} + {ajar}
pengajar → {pe-} + {ajar}
Lantas, apa bedanya? Padahal, kita tahu bahwa kata pelajar dan pengajar adalah dua kata yang berbeda makna.
Hal itu bisa diuraikan lebih jelas dengan menggunakan model proses. Berdasarkan model tersebut, kata pelajar dan pengajar terbentuk dari dasar yang sama: ajar. Namun, proses pembentukannya berbeda. Bentuk pelajar terbentuk melalui kata belajar, sedangkan pengajar terbentuk melalui kata mengajar. Perhatikan uraian berikut ini.
ajar
ajar → belajar → pelajar/pelajaran
ajar → mengajar → pengajar/pengajaran
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa model proses lebih bisa menguraikan fenomena-fenomena morfologis bahasa Indonesia. Dengan model ini, kita dapat memahami pembentukan suatu kata. Lebih jelasnya, perhatikan contoh kata lainnya berikut ini.
cinta
cinta → bercinta → pecinta
cinta → mencintai → pencinta
tinju
tinju → bertinju → petinju
tinju → meninju → peninju
guna
guna → berguna → -
guna → menggunakan → pengguna
Model proses dalam analisis morfologi dapat membantu kita untuk menentukan kata yang tepat dalam sebuah penulisan. Sekarang, coba perhatikan penggunaan kata pecinta dalam judul berita berikut.
“Komunitas Pecinta Alam di Purbalingga Bentuk Aliansi Relawan Kebencanaan” (Kompas.com, 2023)
“PKB: Pecinta Bola Akan ‘Tandain’ Tokoh-Parpol yang Bikin Indonesia Gagal Gelar Piala Dunia U-20” (Kompas.com, 2023)
“3 Rekomendasi Museum yang Wajib Dikunjungi Pecinta Anime” (Kompas.com, 2023)
“5 Toko Second-hand di Tokyo Buat Si Pecinta Thrifting” (Kompas.com, 2023)
Sebagaimana uraian sebelumnya, bentuk pecinta berasal dari kata bercinta. Oleh karena itu, pecinta memiliki arti ‘orang yang bercinta’. Dengan demikian, makna pecinta dalam judul berita di atas adalah sebagai berikut.
pecinta alam ‘orang yang bercinta alam’
pecinta bola ‘orang yang bercinta bola’
Jadi, apakah penggunaan kata pecinta dalam judul berita di atas sudah tepat? Jawabannya tidak tepat. Kata yang seharusnya digunakan adalah pencinta karena berasal dari kata mencintai. Oleh karena itu, kata pencinta bermakna ‘orang yang mencintai’. Contohnya,
pencinta anime ‘orang yang mencintai anime’
pencinta thrifting ‘orang yang mencintai thrifting’
Bagaimana? Menarik, bukan? Sebagai pencinta bahasa Indonesia, kita harus peka terhadap kesalahan penulisan yang demikian, ya! Semoga penjelasan ini bermanfaat. Selamat beraktivitas! (KAA/Berbagai Sumber)