Pernahkah Sobat melihat rambu-rambu lalu lintas? Ada yang bergambarkan huruf p dengan garis miring, menandakan “dilarang parkir” atau simbol di pintu toilet. Perlu Sobat ketahui bahwa ilmu yang mempelajari lambang tersebut dinamakan ilmu semiotik.
Ilmu semiotik berasal dari kata semeion dalam bahasa Yunani yang berarti ‘tanda’. Ilmu yang meneliti tanda-tanda, sistem-sistem tanda, dan proses suatu tanda diartikan (Handoko dalam Taum, 1997:42). Perkembangan ilmu semiotik tidak terlepas dari tokoh Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Saussure memperkenalkannya sebagai semiologi sebagai ilmu tentang tanda. Sebaliknya, Peirce menamakan ilmu ini dengan ilmu semiotika. Namun, pemikiran semiologi Saussure lebih memengaruhi perkembangan ilmu linguistik modern dan sastra. Penamaan ilmu ini lebih dikenal sebagai ilmu semiotika atau semiotik.
Saussure menyatakan bahasa adalah sistem tanda yang bersifat arbitrer, konvensional, dan universal. Dalam buku Course in General Linguistics (1916), Saussure mengemukakan konsep 1) langue dan parole, 2) penanda (signifier) dan petanda (signified), 3) sinkroni dan diakroni, dan 4) hubungan sintagmatik dan pardigmatik (Barthes, 2017). Berikut penjelasannya:
1. Langue dan parole. Konsep langue adalah sistem bahasa, sedangkan parole merupakan tuturan yang dimiliki individu.
2. Penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah aspek bunyi atau formal pada tanda, sedangkan petanda merupakan aspek konseptual atau makna tanda tersebut.
3. Sinkroni dan diakroni. Sinkroni adalah telaah bahasa pada satu kurun waktu tertentu, sebaliknya diakroni merupakan telaah bahasa sepanjang masa.
4. Hubungan sintagmatik dan pardigmatik. Sintagmatik adalah hubungan unsur-unsur bahasa pada suatu tuturan yang bersifat linier, sebaliknya paradigmatik bersifat asosiasi.
Konsep semiologi Saussure lebih dikenal dengan konsep penanda-petanda. Contohnya, ‘tumbuhan tegak dan tinggi dengan daun, batang, serta akar’ disebut pohon. Penanda adalah penyebutan bunyi bahasa “pohon”, sedangkan makna/ gambaran dari pohon itu disebut petanda. Dalam komunikasi di lingkungan masyarakat, semiotik disebut sebagai bahasa nonverbal.
Pernahkah Sobat melihat seseorang mengacungkan jempol untuk menunjukkan arah? Hal tersebut adalah salah satu bentuk bahasa nonverbal di daerah Jawa, sedangkan di tempat lain, seseorang menunjuk arah menggunakan telunjuk. Adapula kepala mengangguk menandakan “iya”. Hal itu menunjukkan semiotika mempelajari bentuk bahasa nonverbal.
Namun, dalam perkembangannya semiologi Saussure dianggap miskin pemaknaan tanda. Saussure hanya memaknai tanda berdasarkan struktur bahasa tanda itu sendiri tanpa memandang pengaruh sosial budaya, sejarah, dan zaman saat itu. Pandangan itu disebut antihumanis sehingga terciptalah aliran pascastrukturalisme. Tokoh-tokoh pascastrukturalisme antara lain, Eco, Culler, Kristeva, Foucalt, Derrida, Barthes, dan lainnya (Ratna, 2015:104).
Kaum pascastrukturalisme memandang bahwa tidak ada hubungan statis antara konsep penanda dan petanda. Penanda dan petanda mengambang terus-menerus menampilkan ruang hampa yang memungkinkan terjadinya mediasi-mediasi dengan dunia realitas (Ratna, 2015:104). Hakikat pemaknaannya pun tidak stabil sehingga makna tanda bersifat pluralitas. Meskipun penafsiran tanda bersifat arbitrer (berdasarkan interpretasi dari si penafsir), pemaknaannya tetap pada aturan konvensional yang memerhatikan nilai sosial budaya, ideologi, dan lainnya.
Pada perkembangannya, ilmu semiotika memiliki banyak pandangan sebagai hasil reaksi atas pandangan semiotika sebelumnya. Contohnya, semiotika Barthes memandang tanda sebagai mitos yang diyakini secara universal. Teori dekonstruksi Derrida memaknai tanda dengan konsep metafisika. Penafsiran tanda tidak terbatas pada realitas yang tampak. Dalam artian pemaknaan tanda berkembang terus sesuai penafsiran si penafsir.
Sampai saat ini, ilmu semiotika terus berkembang. Berbagai macam pandangan dari para tokoh menjadikan kajian semiotika begitu kaya. Dalam artian, bahasa-bahasa di tengah masyarakat menjadi kajian yang menarik untuk dibahas. (NHSR/Berbagai Sumber).