Kata Kita
Berita, Artikel, dan Opini tentang Ejaan. id dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata "dalem" dan Pronomina Serapan dalam Bahasa Indonesia
Oleh Ria Febrina, S.S., M.Hum.*
Selama berada di Yogyakarta, saya sering mendengar kata dalem. Kata ini sering diucapkan ketika seseorang yang saya ajak berkomunikasi belum memahami apa yang saya sampaikan. Kata dalem dipakai sebagai permintaan hormat untuk mengulang apa yang sudah disampaikan.
Sebagai penutur bahasa Indonesia yang tidak berasal dari bahasa Jawa, saya merasa kosakata ini sangat sopan dibandingkan dengan kata ya atau apa yang dipakai untuk meminta seseorang mengulang kembali apa yang sudah disampaikan. Hal tersebut dapat kita lihat pada penggunaan kata ya, apa, dan dalem pada tuturan berikut.
Data 1.
A : Saya pinjam tiga buku ini ya, Pak.
B : Ya?Data 2.
A : Saya pinjam tiga buku ini ya, Pak.
B : Apa?Data 3.
A : Saya pinjam tiga buku ini ya, Pak.
B : Dalem?
Jika mendengar ketiga jawaban tersebut, tampak bahwa kata dalem memberikan kesan lebih sopan dibandingkan kata ya dan apa. Kesan tersebut tercipta karena karakter bahasa Jawa yang memiliki tingkatan berupa bahasa Jawa halus dan bahasa Jawa kasar. Kata dalem merupakan salah satu kosakata bahasa Jawa halus atau bahasa Jawa kromo. Di samping itu, karakter berbicara masyarakat Jawa yang ada di Yogyakarta yang menyampaikan sesuatu dengan pelan dan lembut membuat kata ini menjadi lebih halus terdengar dibandingkan dengan kata ya atau apa.
Karena hampir setiap hari mendengar kata dalem, saya pun mencoba mengecek kata ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Siapa sangka bahwa kata dalem yang merupakan kosakata bahasa Jawa ini sudah menjadi kosakata bahasa Indonesia. Kata ini dilabeli dengan pron yang bermakna bahwa kata ini termasuk ke dalam pronomina bahasa Indonesia. Jika dilihat definisi kata ini, kata dalem sebagai pronomina bermakna ‘saya’. Artinya, kata dalem merupakan kata ganti orang pertama tunggal.
Jika dilihat dalam konteks tuturan (3), definisi dalem yang bermakna ‘saya’ kurang cocok dipakai pada kalimat tersebut. Sayangnya, kita tidak dapat menemukan contoh penggunaan kata dalem yang bermakna ‘saya’ dalam KBBI, termasuk ketika menelusuri korpus bahasa Indonesia, seperti korpus Indonesian Web (Sketch Engine) dan korpus Leipzig (corpora.uni-leipzig.de). Kata dalem hanya dipakai sebagai kata yang bermakna ‘rumah; istana’. Penggunaannya dapat dilihat pada kata abdi dalem atau abdi istana.
Abdi dalem merupakan salah satu profesi yang terdapat dalam bahasa Indonesia yang bermakna ‘pegawai keraton’. Kata ini dipakai dalam bahasa Jawa, khususnya di daerah Yogyakarta dan Solo karena daerah tersebut merupakan wilayah kesultanan yang memiliki abdi dalem sebagai pegawai keraton.
Dengan melihat data tersebut, tentu kita bertanya, apakah makna ‘saya’ pada kata dalem berterima dalam bahasa Indonesia atau perlu ditambahkan ke dalam KBBI bahwa kata dalem merupakan kata ganti yang dipakai untuk menyahut panggilan?
Jika melihat kata ya dalam bahasa Indonesia, salah satu kata bermakna ‘kata untuk menyahut panggilan; saya’. Definisi tersebut setidaknya memberi titik terang kata dalem dalam KBBI ternyata dapat merujuk pada kata untuk menyahut panggilan. Sayang, definisi ini tidak serta-merta dilekatkan pada kata dalem sehingga kita bertanya-tanya, bagaimana penggunaan kata dalem dalam bahasa Indonesia. Padahal, definisi ini dapat mencerminkan penggunaan kata dalem dalam bahasa Indonesia.
Definisi yang belum lengkap ini memang menjadi salah satu masalah dalam penyerapan kosakata bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Sejak Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia mengharapkan kosakata bahasa daerah diserap sebanyak-banyaknya sebagai kosakata bahasa Indonesia, pendefinisian lema dalam kamus cenderung tidak detail.
Dalam KBBI, banyak kosakata yang hanya tercatat memuat definisi singkat saja, serta tanpa disertai contoh penggunaan kata tersebut dalam bahasa Indonesia. Padahal, kosakata tersebut berasal dari salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. Pengguna bahasa Indonesia (dari bahasa daerah lain) tentu tidak mungkin mencari penggunaan kata tersebut ke dalam referensi lain, seperti ke dalam kamus bahasa Jawa atau ke dalam korpus bahasa Indonesia. Artinya, kata dalem dan juga kosakata lain yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing perlu diperiksa kembali maknanya, serta dilengkapi dengan contoh penggunaan kata tersebut dalam bahasa Indonesia.
Dibalik kelemahan pendefinisian lema dalam KBBI¸ ada yang perlu diapresiasi terhadap perkembangan kosakata bahasa Indonesia dari bahasa daerah. Dalam 35 tahun perkembangan kosakata bahasa Indonesia (1988—2023), jumlah kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia meningkat sangat tajam. Salah satu peningkatan tersebut dapat dilihat pada kehadiran kata dalem sebagai pronomina bahasa Indonesia.
Jika kita telusuri pronomina bahasa Indonesia dalam KBBI, tidak hanya kosakata bahasa Jawa yang menyumbang bentuk-bentuk pronomina. Kosakata bahasa lain, seperti Melayu Jakarta, Melayu Riau, Minangkabau, dan juga bahasa Indonesia Timur ikut menyumbang kata berupa pronomina. Pronomina tersebut di antaranya ada dalem dan sampean (bahasa Jawa), ape (Melayu Jakarta), dukuh, ulong, dan unah (Melayu Riau), den (Minangkabau), serta dorang (Indonesia Timur).
Dari bahasa Jawa, selain kata dalem juga diserap kata sampean sebagai pronomina bahasa Indonesia. Sampean bermakna sebagai ‘Anda; tuan’. Penggunaan kata sampean dapat dilihat sebagai berikut.
Data 4.
Sampean mau ke mana, kok tergesa-gesa benar?
Penggunaan kata sampean pada kalimat tersebut menunjukkan bahwa pronomina tersebut berkenaan dengan kata ganti orang kedua, seperti Anda atau kamu. Kata sampean ini digunakan kepada seseorang yang sudah sangat dekat, tetapi disapa secara hormat. Dalam bahasa Indonesia, kata sampean mulai digunakan pada ragam informal dan ragam formal. Dalam ragam informal, digunakan pada surat-menyurat pribadi, sedangkan pada ragam formal digunakan dalam pidato.
Pronomina yang dipakai untuk menggantikan kata orang memang sangat banyak diserap bahasa Indonesia dari bahasa daerah. Selain kata dalem dan sampean, juga ada dukuh, ulong, dan unah dari Melayu Riau. Kata dukuh bermakna ‘kata sapaan untuk anak tunggal’; kata ulong bermakna ‘sapaan kepada kakak laki-laki yang di tengah’; serta unah bermakna ‘kata sapaan untuk kakak laki-laki yang ketiga’. Selain itu, juga ada den dari bahasa Minangkabau yang bermakna ‘saya’, serta dorang dari Indonesia Timur yang bermakna ‘mereka (dipakai di daerah Indonesia bagian timur), dari dia orang’. Pronomina tersebut dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pronomina persona atau pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang.
Bahasa daerah tidak hanya menyumbang pronomina persona, tetapi juga menyumbang pronomina tanya. Pronomina tanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan, seperti siapa dipakai untuk menanyakan orang atau nama orang; serta apa yang dipakai untuk menanyakan barang. Salah satu bahasa daerah yang menyumbang pronomina tanya ini dapat dilihat pada kata ape yang berasal dari Melayu Jakarta. Ape merupakan pronomina yang bermakna ‘apa’. Penggunaan kata ape dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada data berikut.
Data 5.
Ada ape, Nyak?
Kata ape merupakan sinonim dari kata apa yang digunakan untuk menanyakan sesuatu kepada orang lain. Kata ini digunakan sebagai bahasa gaul di Jakarta. Masuknya kata ini ke dalam bahasa Indonesia memang dipengaruhi oleh pengguna bahasa Indonesia di Jakarta yang banyak berkomunikasi dengan orang Betawi. Dengan demikian, pronomina yang berasal dari bahasa daerah tersebut dapat menunjukkan kekayaan kosakata bahasa Indonesia yang bersumber dari bahasa-bahasa daerah.
Pronomina serapan dari bahasa daerah layak dipakai dalam tuturan bahasa Indonesia. Ketika ingin menggunakan kata yang bermakna saya, kita memiliki pilihan, seperti dalem dari bahasa Jawa dan den dari bahasa Minangkabau. Semakin sering menggunakan pronomina ini, membuat kata ini semakin lazim menjadi kosakata bahasa Indonesia. Kata serapan memang memiliki peluang menjadi kata yang hilang identitas serapannya ketika masyarakat secara terus-menerus menggunakan kata tersebut hingga tidak menyadari lagi bahwa kata tersebut merupakan kata serapan.
*Tulisan ini pernah dimuat di https://literasi.scientia.id/2024/02/04/kata-dalem-dan-pronomina-serapan-dalam-bahasa-indonesia/.