Kata Kita
Berita, Artikel, dan Opini tentang Ejaan. id dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Kosakata Bahasa Cina dalam KBBI
Oleh Ria Febrina, S.S., M.Hum.*
Bakmi is an Indonesian, chinese influenced dish.
Bakmi adalah hidangan khas Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Sebuah konten yang dibawakan Laurence Benson, warga asing yang mengenalkan kuliner Indonesia ini menarik perhatian saya. Laurence Benson merupakan warga asing yang kini menetap di Indonesia, tepatnya di Bali. Dia keliling Indonesia sembari menikmati kuliner, lalu mengenalkan makanan tersebut kepada teman-temannya sembari meminta nilai 1—10. Kontennya dapat dilihat melalui Instagram yang bernama @laurencerioubenson.
Pada konten ini, Laurence Benson mengenalkan bakmi sebagai hidangan khas Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Dalam sejarah kuliner Indonesia, bakmi memang merupakan sejenis mi berbahan dasar terigu yang dikenalkan oleh orang Tionghoa. Bakmi diadopsi menjadi masakan Jawa dan disesuaikan dengan selera masyarakat lokal. Konon dulu bakmi ini dimasak dengan bumbu kecap dan diberi daging babi. Kini bakmi diberi daging ayam atau daging sapi sebagai sumber protein yang cocok dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Informasi yang diberikan Laurence Benson tentang bakmi sebagai kuliner Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa ini menjadi perhatian saya karena kalau kita lihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakmi hanya didefinisikan sebagai ‘mi’. Dalam Kamus Tesaurus, bakmi ini menjadi salah satu jenis mi Indonesia, di antara mi aceh, mi ayam, mi bakso, mi celor, mi dadak, mi goreng, mi jawa, mi juhi, mi kering, mi kocok, mi kuning, mi pangsit, mi putih, mi rebus, mi telor, mi yamin, mi ramen; ifumi, misoa, udon; kwetiau: kwetiau goreng, kwetiau rebus; bihun: bihun goreng, bihun rebus, bihun bakso; dan sohun, soun.
Minimnya informasi tentang bakmi ini dapat menjadi kelemahan pendefinisian dalam KBBI, padahal banyak informasi yang bisa ditambahkan, seperti asal-usulnya dari Cina, diolah dengan memberi kecap, serta diberi tambahan daging (ayam, sapi, dan babi). Selain itu, jenis mi yang dipakai juga berbeda dengan mi yang biasa dipakai oleh orang Indonesia. Mi yang dipakai berukuran lebih besar.
Jika dikaji secara etimologis, kosakata bakmi dalam KBBI cukup beralasan tanpa label Cn atau Cina. Orang-orang Indonesia pada hari ini cenderung mengingat bakmi sebagai makanan tradisional dari Jawa. Di Yogyakarta misalnya, cukup banyak orang-orang mencari bakmi sebagai makanan khas Yogyakarta. Apalagi, bakmi ini banyak disajikan dalam warung makan dan restoran khas Jawa, seperti Warung Bakmi Mbah Gito Kotagede. Siapa pun yang datang, akan menikmati bakmi di bawah bangunan tradisional Jawa, yang diiringi dengan musik tradisional Jawa, serta pakaian dan aksesori karyawan yang didominasi oleh pakaian dan aksesori Jawa.
Kondisi tersebut menjelaskan bahwa bakmi sudah membaur menjadi makanan khas Indonesia sehingga orang-orang Indonesia tidak lagi mengenali identitas makanan ini sebagai makanan khas Tionghoa. Padahal, kehadiran bakmi sangat dipengaruhi oleh keberadaan orang-orang Tionghoa, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Thailand dan Laos. Di Indonesia, tidak hanya bakmi yang dikenalkan oleh orang-orang Tionghoa. Selain bakmi, ada mi ayam, pangsit, mi goreng, dan kwetiau goreng.
Dalam KBBI, hanya kwetiau yang dilabeli sebagai kosakata serapan dari bahasa Cina, padahal bakmi, mi ayam, dan pangsit merupakan makanan yang dikenalkan oleh orang-orang Tionghoa. Sebagaimana disampaikan tadi, hilangnya label ini karena orang-orang Indonesia sudah tidak mengenal lagi asal-usul atau sejarah kehadiran kata ini sebagai kosakata yang dibawa dan dikenalkan oleh orang-orang Tionghoa Indonesia. Kondisi ini mirip dengan kata sabar yang berasal dari bahasa Arab, yaitu الصبر (ash-shabru). Pengguna bahasa Indonesia sudah tidak asing dengan kata ini sehingga menjadikan kata ini sebagai kosakata asli bahasa Indonesia.
Berbicara tentang kosakata bahasa Cina, dalam KBBI bahasa Cina merupakan salah satu dari sepuluh bahasa asing yang paling banyak menyumbang kata ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini diperoleh dari pelabelan yang diberikan berupa Cn atau Cina. Karena kosakata yang diserap dari bahasa Cina cukup banyak, tentu amat menarik ditelusuri, berkenaan dengan apakah kosakata bahasa Cina diserap ke dalam bahasa Indonesia?
Kosakata bahasa Cina yang terdapat dalam KBBI Edisi VI (2024) tercatat sebanyak 117 kosakata. Jika mengikut label yang diberikan Badan Bahasa, jumlah ini meningkat 63% sejak kosakata bahasa Cina diserap dalam KBBI Edisi I (1988). Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, orang-orang Tionghoa banyak mengenalkan makanan khasnya kepada masyarakat Indonesia sehingga dalam kosakata bahasa Indonersia tercermin sejumlah makanan tersebut.
Di antara makanan yang dikenal orang Indonesia yang berasal dari masyarakat Tionghoa adalah cah ‘asakan dibuat dari campuran sayur (sawi, jamur, udang, hati ayam) yang berkuah sedikit’; capcai ‘masakan yang terdiri atas sayur (wortel, sawi hijau, bunga kol, dan sebagainya) ditambah bakso, kembang tahu, udang dan sebagainya, dan diberi bumbu tertentu’, cakwe ‘penganan tradisional khas Tionghoa berupa roti goreng panjang, rasanya asin dan gurih, biasanya ditaburkan ke bubur atau dimakan bersama kopi’, dan angsio ‘masakan yang diberi bumbu tertentu (kecap, saus tiram, dan sebagainya) hingga muncul warna gelap kemerahan’. Makanan ini kini tidak hanya diproduksi orang-orang Tionghoa di Indonesia, tetapi sudah banyak diproduksi dan dijual orang-orang pribumi, mulai dari pedagang kaki lima hingga pengusaha restoran mewah.
Masyarakat Indonesia mengenal kuliner ini tentunya tak lepas dari kemampuan berbisnis masyarakat keturunan Tionghoa yang terkenal di Indonesia. Mereka sangat mahir berdagang dan berbisnis sehingga banyak kosakata Cina yang diserap hari ini berkenaan dengan cuan ‘untung’ dan loksek ‘rugi’. Ketika kita berbelanja ke toko-toko Cina pun, mereka akan menggunakan kosakata khusus dalam transaksi sehingga orang-orang Indonesia pun terpengaruh ikut menggunakan kosakata tersebut.
Di antara kosakata yang dipakai, ada yang berkenaan dengan nominal tertentu. Ada gocap ‘lima puluh’, cepek ‘seratus’, ceceng ‘seribu’, goceng ‘lima ribu’, ceban ‘sepuluh ribu’, dan goban ‘lima puluh ribu’. Selain itu, juga ada yang berkenaan dengan angka, seperti ji ‘dua’, gotun ‘lima’, dan jicap ‘dua puluh’; serta satuan ukuran, seperti hun ‘satuan ukuran berat, sama dengan 1/100 tahil atau 0,378 g’, cun ‘satuan ukuran panjang 1/10 kaki’.
Kemahiran berbisnis ini juga menyebabkan orang-orang Tionghoa mahir dalam bisnis properti, seperti jual beni tanah, rumah, dan bangunan gedung. Dalam bahasa mereka, ada profesi khusus yang berkenaan dengan bisnis ini, yakni berupa cengkau ‘makelar’. Mereka sangat pandai dalam memprediksi dan memperkirakan sebuah tanah atau lokasi berkembang dalam bisnis ke depannya.
Pada hari-hari tertentu, orang-orang Indonesia dapat merasakan keberkahan rezeki dari masyarakat ini. Misalnya, pada perayaan Imlek kemarin, banyak orang Indonesia yang memiliki hubungan erat dengan kelompok ini menerima angpau ‘uang yang diberikan kepada anak-anak kecil, orang yang belum menikah, atau orang tua (oleh anak-anak yang telah menikah) pada hari raya Imlek, biasanya dibungkus kertas merah, diberikan dengan harapan bahwa penerima angpau akan mendapatkan keberuntungan dan bernasib baik sepanjang tahun baru’. Angpau mirip dengan uang THR saat Lebaran Idulfitri.
Silaturahmi yang terjalin oleh etnis Tionghoa di Indonesia, baik antarsesama maupun dengan orang Indonesia membuat mereka tidak melepaskan identitas asal. Kata sapaan yang dipakai antarsesama dipakai dengan baik sehingga juga dipakai oleh orang-orang Indonesia. Di antaranya ada engkong ‘kakek’, ace ‘sapaan kepada kakak perempuan dalam masyarakat Tionghoa’, taci ‘kakak perempuan’, engkoh ‘kakak laki-laki’, sioca ‘nona’, dan apek ‘kata untuk menyapa orang tua; tuan’. Tidak heran jika dalam sistem kekerabatan masyarakat Indonesia, juga dipakai kata sapaan tersebut. Berikut penggunaannya dalam korpus bahasa Indonesia.
(1) “Masih jualan Ci?”
Kata ci dipakai oleh orang Indonesia sebagai sapaan kepada perempuan asal Tionghoa yang menjual barang-barang untuk keperluan sehari-hari, seperti sabun, sikat gigi, gelas, cangkir, mangkuk di toko kelontong. Selain kepada mereka, orang-orang Indonesia juga banyak yang menggunakan kata taci dalam keluarganya, misalnya dalam keluarga Minangkabau yang terdiri atas banyak saudara perempuan, kata taci dipakai untuk memanggil salah seorang kakak perempuan dan dibedakan dengan sapaan lainnya, seperti uni, one, dan kakak.
Dari kosakata tersebut, tampak bahwa kosakata Cina berkaitan erat dengan tradisi dan budaya yang dikembangkan di bidang ekonomi. Hal ini menyebabkan munculnya stereotip bahwa orang-orang Cina di Indonesia sangat mahir dalam berbisnis dan selalu mengutamakan untung rugi dalam bisnisnya. Namun, jika ditelusuri lebih lanjut, kosakata bahasa Cina yang diserap ke dalam bahasa Indonesia tidak hanya berkenaan dengan bidang ekonomi saja. Ada kosakata dari bidang lain yang diserap.
Di antara kosakata yang diserap berkenaan dengan bidang olahraga berupa ginkang ‘penguasaan gerakan badan dalam olahraga silat melalui tenaga dalam’ dan wushu ‘seni bela diri’; bidang kesehatan berupa nama penyakit loksun ‘batuk kering’; bidang seni berupa banji ‘kisi-kisi hiasan yang dibuat dari kayu atau porselen, dipasang di langkan, di atas jendela, dan sebagainya’; peringatan keagamaan berupa capgome ‘hari raya tahun baru Cina (tanggal 15 bulan kesatu), biasanya dirayakan dengan bermacam-macam pawai termasuk barongsai’; arsitektur berupa anglung ‘paviliun’; perkakas berupa sapo ‘wadah dari tanah liat atau tembikar’; dan kata seru berupa kamsia ‘kata yang dipergunakan untuk menyatakan kelegaan; terima kasih’.
Dengan demikian, tampak bahwa kebiasaan dan tradisi orang-orang Tionghoa cukup banyak memengaruhi aktivitas masyarakat Indonesia. Karena kosakata ini berasal dari bahasa asing, identitas kosakata asing masih tampak dan masih mudah dikenali sebagai kosakata bahasa Cina. Keberterimaan kosakata tersebut dalam bahasa Indonesia menunjukkan bahwa hubungan antara masyarakat pribumi dengan orang-orang Indonesia keturunan Cina sangat harmonis dan saling memengaruhi.
*Tulisan ini pernah dimuat di https://literasi.scientia.id/2024/02/18/kosakata-bahasa-cina-dalam-kbbi/.