Kata Kita

Berita, Artikel, dan Opini tentang Ejaan. id dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Bentuk Terikat Pasca-

Oleh Ria Febrina, S.S., M.Hum.*

Ria Febrina, S.S., M.Hum. - Dosen Linguistik Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas

.Banyak yang tidak menyadari bahwa pasca- merupakan sebuah bentuk terikat. Sebagai bentuk terikat, penulisan yang benar ialah pasca- , bukan pasca. Ada tanda hubung (-) setelah kata pasca. Hal ini menandakan bahwa kata yang berada setelah bentuk terikat pasca- harus ditulis serangkai. Dengan demikian, bentuk-bentuk yang menggunakan kata pasca- yang benar ialah pascasarjana, pascagempa, pascatsunami, dan pascapanen. Tentu salah ketika ada pengguna bahasa Indonesia yang menuliskan pasca sarjana, pasca gempa, pasca tsunami, dan pasca panen.

Bentuk terikat pasca- merupakan bentuk serapan yang diambil dari bahasa Sanskerta. JS Badudu dalam kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (2003) memasukkan lema pasca- yang dilengkapi dengan keterangan Sans yang bermakna berasal dari bahasa Sanskerta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017), lema pasca- dijelaskan sebagai bentuk terikat yang bermakna 'sesudah'.

Karena bentuk terikat pasca- merupakan serapan dari bahasa asing, ditemukan variasi pelafalan oleh pengguna bahasa Indonesia, yaitu berupa [pasca] dan [paska]. Masyarakat melafalkan [paska] karena beranggapan kata tersebut dipengaruhi oleh pelafalan kata dari bahasa Inggris yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu bunyi [c] berubah menjadi [k]. Hal tersebut tampak pada bentuk computer menjadi komputer , coin menjadi koin, dan cable menjadi kabel . Padahal, bentuk terikat pasca- tidak berasal dari bahasa Inggris, tetapi berasal dari bahasa Sanskerta. Pelafalan yang benar merujuk pada bentuk pancasila yang dilafalkan [pancasila], bukan [pankasila]. Dengan demikian, pelafalan yang benar untuk bentuk terikat ini ialah [pasca-], bukan [paska-].

Penggunaan bentuk terikat pasca- menarik dikaji, khususnya setelah Idulfitri. Hal ini dikarenakan kata pasca- marak digunakan. Dari sejumlah media massa yang dihimpun, tercatat bentuk Pasca Ramadan (Tribun Jogja, Berita Jatim, Kontan.co.id, dan Suara.com), Pasca Ramadhan (Pikiran Rakyat.com), Pasca-Ramadan (Liputan 6 dan Harian Jogja), Pasca Lebaran (Kompas.com, Sindonews, dan CNBC Indonesia), Pasca Libur Hari Raya Idulfitri (Waykambas.org), serta Pasca-wisata Lebaran (Kompas.com) . Dari bentuk-bentuk tersebut, penulisan bentuk terikat pasca- yang benar hanya terdapat pada Pasca-Ramadan (Liputan 6 dan Harian Jogja).

Bentuk terikat pasca- yang melekat pada nama-nama hari harus digabungkan dengan menggunakan tanda hubung (-). Kata Ramadan, Idulfitri, dan Lebaran merupakan nama hari besar atau hari raya sehingga harus menggunakan huruf kapital pada awal kata tersebut. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2016:16 ) menjelaskan bahwa bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Dengan demikian, penulisan yang benar ialah pasca-Ramadan, pasca-Idulfitri , dan pasca-Lebaran . Jika bentuk tersebut merupakan judul, penulisan yang benar ialah Pasca-Ramadan, Pasca-Idulfitri, dan Pasca-Lebaran.

Dari data yang dihimpun di media massa, ada dua bentuk yang perlu diulas lebih lanjut, yakni Pasca Libur Hari Raya Idulfitri dan Pasca-wisata Lebaran . Kata libur dan wisata merupakan sebuah bentuk dasar yang tidak merupakan sebuah nama. Dengan demikian, kata libur dan wisata harus ditulis serangkai dengan bentuk terikat pasca- . Dengan demikian, penulisan yang benar ialah pascalibur dan pascawisata . Jika bentuk tersebut menjadi sebuah judul, penulisan yang benar ialah Pascalibur dan Pascawisata .

Bentuk-bentuk yang dihasilkan wartawan di sejumlah media massa tersebut merupakan bentuk-bentuk yang belum populer digunakan oleh masyarakat. Bentuk pascalibur dan pascawisata dapat menjadi sebuah kreativitas dalam proses pembentukan kata pasca- . Mengapa bentuk tersebut dinyatakan sebagai kreativitas? Pengguna bahasa Indonesia diprediksikan dapat menerima bentuk tersebut jika terus-menerus digunakan. Pola pembentukan kata tersebut mirip dengan pascapanen yang menggunakan kata dasar panen berkelas kata kerja (verba). Kata libur dan wisata juga merupakan kata dasar yang berkelas kata kerja (verba).

Meskipun demikian, kata pasca- bukan pilihan yang tepat ketika digabungkan dengan kata libur dan wisata . Pilihan kata yang tepat ialah usai, sesudah, atau setelah . Dengan demikian, bentuk yang lazim ialah usai libur, setelah berwisata, atau setelah libur. Namun, pengguna bahasa Indonesia justru cenderung memilih bentuk pasca- dibandingkan usai, sesudah, atau setelah karena berbagai faktor. Salah satu faktor yang menjadi penyebab ialah gengsi. Banyak pengguna yang beranggapan bahwa bahasa asing lebih keren daripada bahasa Indonesia. Padahal, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi justru membuat tiap-tiap bahasa unik dan perlu dilestarikan. Oleh karena usai, setelah, dan sesudah merupakan kata hubung bahasa Indonesia, sebaiknya penggunaan kata tersebut didahulukan dibandingkan bentuk serapan.

Selain itu, bentuk terikat pasca- yang diikuti oleh singkatan yang berupa huruf kapital juga harus dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal ini tampak pada bentuk pasca-TWK yang merupakan singkatan dari 'pasca-Tes Wawasan Kebangsaan' yang akhir-akhir ini sedang dibahas di berbagai media. Bentuk pasca- dan singkatan TWK merupakan dua bentuk yang berbeda. Dengan demikian, kedua bentuk tersebut harus digabungkan dengan menggunakan tanda hubung (-). Penulisan yang benar menjadi pasca -TWK. Proses pembentukan ini sama dengan anti-PKI atau non-ASEAN.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bentuk terikat pasca- harus ditulis serangkai dengan kata yang diikutinya. Namun, gabungan bentuk terikat pasca- dengan nama-nama hari atau singkatan harus menggunakan tanda hubung (-). Tanda hubung (-) berfungsi untuk menjelaskan bahwa bentuk tersebut tidak dapat ditulis terpisah dengan kata apa pun.

* Tulisan ini sudah dimuat di Scientia.id. Silakan lihat juga melalui https://literasi.scientia.id/2021/05/23/bentuk-terikat-pasca/ .

*Dosen Linguistik Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas

Kirim Komentar


Kata Kita lainnya

Imbuhan Serapan Asing: --man, -wan, dan --wati

Artikel 05-06-2023 14:20 WIB

Selain membaca buku, membaca berita juga menjadi salah satu kebiasaan saya. Saya sering kali mengisi waktu luang dengan membaca berita. Selama beberapa hari ini, saya membaca berita di surat kabar daring. Saya sering menemukan kosakata yang berakhiran dengan “man, -wan, dan “wati....

Oleh Yori Leo Saputra - Pustakawan SMA Negeri 1 Ranah Pesisir


Istilah "Deskriptif" dan "Preskriptif" dalam Ilmu Bahasa

Artikel 31-05-2023 12:51 WIB

Mengapa kata X tidak ada dalam kamus, padahal sudah banyak dipakaiPara pengajar dan peneliti bahasa pasti pernah mendengar kalimat ini. Untuk menjawabnya, kita bisa pakai analogi munculnya sebuah penyakit. Seseorang bisa saja tiba-tiba terkena penyakit yang belum ada sebelumnya. Bahasa pun bisa...

Oleh Ria Febrina, S.S., M.Hum. - Dosen Linguistik Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas


Kependekan dalam Bahasa Indonesia

Artikel 30-05-2023 11:53 WIB

Sobat Eja pernah tidak mendengar kata gercep, KKN, dan FISIP Ketiga kata tersebut merupakan bentuk kependekan. Gercep merupakan kependekan dari gerak cepat, KKN merupakan kependekan dari Kuliah Kerja Nyata, dan FISIP merupakan kependekan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kependekan...

Oleh Husni Mardhyatur Rahmi, S.Hum. - Redaktur Bahasa


Bukan "Busway", tetapi Bus

Artikel 27-05-2023 13:08 WIB

Di Kota Jakarta, seringkali kita mendengar kata busway. Umumnya, kata busway merujuk pada moda angkutan umum, bus Transjakarta. Padahal kata busway bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti ˜jalur bus™. Lalu, mengapa kata busway lebih melekat di benak masyarakat, ketimbang sebutan...

Oleh Nabilla Hanifah Suci R. - Redaktur Bahasa Ejaan.id


Sufiks Serapan dari Bahasa Arab

Artikel 25-05-2023 12:37 WIB

Sufiks merupakan salah satu jenis afiks dalam bahasa Indonesia. Jenis afiks ini memiliki tanda hubung di depannya. Secara bahasa, sufiks diartikan sebagai afiks yang ditambah pada bagian belakang pangkal (Kridalaksana, 2011: 230). Contoh sufiks, yaitu “an pada kata ajaran, -i...

Oleh Yori Leo Saputra - Pustakawan SMA Negeri 1 Ranah Pesisir