Kata Kita

Berita, Artikel, dan Opini tentang Ejaan. id dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Mahasiswa Asing Menulis Buku

Oleh Ria Febrina, S.S., M.Hum.*

Mahasiswa asing menulis buku. Hal tersebut menjadi indikator bahwa program pengajaran bahasa Indonesia berhasil dilaksanakan. Salah seorang mahasiswa asing asal Tiongkok, Zhang Jingling, atau akrab disapa Melati, baru saja menerbitkan buku yang berjudul "Warisan Kebudayaan Minangkabau: Rumah Gadang di Nagari Kinari" pada Januari 2020 ini. Buku tersebut diterbitkan oleh Akar Indonesia, sebuah penerbit di Yogyakarta.

Zhang Jingling merupakan dosen Jurusan Bahasa Melayu Fakultas Pengajian Antarbangsa, Universitas Komunikasi Tiongkok. Pada tahun 2018, ia melakukan riset S-3 dan belajar bahasa Indonesia di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas bersama mahasiswa Program Darmasiswa Republik Indonesia. Ia belajar untuk memahirkan kemampuan berbahasa Indonesia.

Selama riset di Sumatera Barat, ia mewawancarai masyarakat di Nagari Kinari mengenai rumah gadang yang ada di sana. Masyarakat pun antusias dan meminta Zhang Jingling menerbitkan buku. Ia pun melakukan studi pustaka. Buku ini menjadi dokumentasi dan kenang-kenangan dari Dr. Zhang Jingling (tahun 2019, Zhang Jingling meraih gelar doktor) untuk masyarakat Nagari Kinari.

Bagi masyarakat Minangkabau, penerbitan buku ini perlu dicatat dan dijadikan referensi untuk membaca keadaan Nagari Kinari pada tahun 2018 versi Dr. Zhang Jingling. Bahkan, penerbitan buku ini perlu diapresiasi. Pertama, saat ini mulai jarang masyarakat asing yang menulis dan mempublikasikan penelitian mereka di Indonesia, khususnya dalam bentuk buku. Kedua, kurangnya penerbitan tersebut kadang juga disebabkan oleh rasa tidak percaya diri karena belum mahir menulis dalam bahasa Indonesia. Ketiga, penerbitan buku akan berhasil jika mampu menjalin kerja sama dengan masyarakat Indonesia. Pasalnya, dibutuhkan biaya dan sumber daya manusia untuk menerbitkan buku.

Sementara itu, Dr. Zhang Jingling berhasil melewati proses tersebut. Bahkan, sebagai editor yang membaca buku tersebut bersama Lusi Andriani (alumni Jurusan Sastra Indonesia), saya mengecek tulisan Dr. Zhang Jingling ke dalam sejumlah aplikasi plagiarisme daring melalui google. Hasil pengecekan menunjukkan bahwa terdapat 0% kesamaan dengan tulisan yang beredar di website atau blog. Hal ini menjelaskan bahwa Dr. Zhang Jingling menulis sendiri riset dan hasil wawancara. Ini tentunya nilai tambah bagi penerbitan buku tersebut.

Dalam diskusi selama pengeditan naskah, Dr. Zhang Jingling juga mengemukakan gagasan tentang Nagari Kinari online. Ia ingin menciptakan aplikasi Nagari Kinari online yang merupakan pemetaan rumah gadang Nagari Kinari. Aplikasi tersebut mirip dengan google maps yang akan menunjukkan lokasi rumah gadang di Nagari Kinari beserta nama pemilik rumah gadang. Bahkan, akan dicantumkan sejumlah data mengenai suku, silsilah, dan anggota keluarga yang menempati rumah gadang di Nagari Kinari tersebut.

Gagasan Dr. Zhang Jingling ini sangat bagus dan bahkan harus segera direalisasikan. Terciptanya aplikasi Nagari Kinari online dapat menjadi model bagi terciptanya nagari online lainnya di Sumatera Barat yang tercatat berjumlah 923 nagari.

Program KKN Universitas Andalas dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan gagasan ini secara cepat. Kehadiran mahasiswa ke lapangan dibutuhkan untuk memetakan rumah gadang beserta silsilah keluarga pemilik rumah gadang tersebut. Sinkronisasi antara kegiatan KKN dan pemetaan rumah gadang di berbagai nagari di Sumatera Barat merupakan jawaban terhadap pertanyaan masyarakat mengenai esensi program KKN.

Peluang Penerbitan Buku Karya Mahasiswa Asing

Penulisan buku berbahasa Indonesia oleh mahasiswa asing, khususnya oleh Dr. Zhang Jingling, bukanlah yang pertama. Sejumlah karya mahasiswa asing, khususnya yang tergabung dalam Program Darmasiswa Republik Indonesia, sudah dipublikasikan. Tidak hanya itu, karya mahasiswa asing sebagai bentuk kerja sama antara Universitas Andalas dan Busan University of Foreign Studies Korea Selatan melalui Memorandum of Understanding (MoU) juga sudah ada.

Sejumlah buku tersebut ialah Musim Dingin di Padang (2018) dan Laut Padang (2017) yang diterbitkan oleh CV Rumahkayu Pustaka Utama, serta Panggilan pada Hari Hujan (2016) yang diterbitkan CV Panawa Jemboan. Selain itu, juga ada Antologi Karya Enam Belas Mahasiswa Korea Selatan (2017) yang tidak dipublikasikan, namun menjadi oleh-oleh bagi mahasiswa Korea Selatan ketika kembali ke negara asal.

Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa asing bisa didorong untuk menulis dan menerbitkan buku. Pada tahun 2019, terdapat 200 mahasiswa asing yang kuliah di Universitas Andalas. Mereka tersebar di berbagai program studi tingkat sarjana, magister, dan doktor. Jumlah tersebut bertambah signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya berjumlah 117 mahasiswa.

Jika 200 orang mahasiswa asing di Universitas Andalas ini menulis buku, baik berupa karya ilmiah maupun karya kreatif, tentu peringkat Universitas Andalas sebagai perguruan tinggi nomor satu terbanyak memproduksi buku di Indonesia akan bertahan (Data Pemeringkatan versi Sinta yang dikemukakan oleh Ristekdikti tahun 2019). Dalam penerbitan buku karya mahasiswa asing tersebut, lulusan Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas dapat diprioritaskan. Mereka harus didampingi menjadi editor bahasa Indonesia melalui Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).

Saat ini SKPI untuk profesi editor menjadi salah satu program capaian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Salah satu mata kuliah pilihan yang disiapkan untuk menghadirkan profesi editor ialah mata kuliah Penyuntingan. Pada semester genap 2019/2020, tercatat lebih dari 110 mahasiswa mengambil mata kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa Dekan Fakultas Ilmu Budaya dan juga Rektor Universitas Andalas, Prof. Dr. Yuliandri, M.H., harus segera merealisasikan terwujudnya SKPI untuk profesi editor. Mahasiswa asing menulis, mahasiswa Indonesia menyunting.

*Artikel ini sudah dimuat di Harian Pagi Padang Ekspres Tanggal pada Kamis, 23 Januari 2020 .

*Dosen Linguistik Universitas Andalas

Kirim Komentar


Kata Kita lainnya

Imbuhan Serapan Asing: --man, -wan, dan --wati

Artikel 05-06-2023 14:20 WIB

Selain membaca buku, membaca berita juga menjadi salah satu kebiasaan saya. Saya sering kali mengisi waktu luang dengan membaca berita. Selama beberapa hari ini, saya membaca berita di surat kabar daring. Saya sering menemukan kosakata yang berakhiran dengan “man, -wan, dan “wati....

Oleh Yori Leo Saputra - Pustakawan SMA Negeri 1 Ranah Pesisir


Istilah "Deskriptif" dan "Preskriptif" dalam Ilmu Bahasa

Artikel 31-05-2023 12:51 WIB

Mengapa kata X tidak ada dalam kamus, padahal sudah banyak dipakaiPara pengajar dan peneliti bahasa pasti pernah mendengar kalimat ini. Untuk menjawabnya, kita bisa pakai analogi munculnya sebuah penyakit. Seseorang bisa saja tiba-tiba terkena penyakit yang belum ada sebelumnya. Bahasa pun bisa...

Oleh Ria Febrina, S.S., M.Hum. - Dosen Linguistik Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas


Kependekan dalam Bahasa Indonesia

Artikel 30-05-2023 11:53 WIB

Sobat Eja pernah tidak mendengar kata gercep, KKN, dan FISIP Ketiga kata tersebut merupakan bentuk kependekan. Gercep merupakan kependekan dari gerak cepat, KKN merupakan kependekan dari Kuliah Kerja Nyata, dan FISIP merupakan kependekan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kependekan...

Oleh Husni Mardhyatur Rahmi, S.Hum. - Redaktur Bahasa


Bukan "Busway", tetapi Bus

Artikel 27-05-2023 13:08 WIB

Di Kota Jakarta, seringkali kita mendengar kata busway. Umumnya, kata busway merujuk pada moda angkutan umum, bus Transjakarta. Padahal kata busway bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti ˜jalur bus™. Lalu, mengapa kata busway lebih melekat di benak masyarakat, ketimbang sebutan...

Oleh Nabilla Hanifah Suci R. - Redaktur Bahasa Ejaan.id


Sufiks Serapan dari Bahasa Arab

Artikel 25-05-2023 12:37 WIB

Sufiks merupakan salah satu jenis afiks dalam bahasa Indonesia. Jenis afiks ini memiliki tanda hubung di depannya. Secara bahasa, sufiks diartikan sebagai afiks yang ditambah pada bagian belakang pangkal (Kridalaksana, 2011: 230). Contoh sufiks, yaitu “an pada kata ajaran, -i...

Oleh Yori Leo Saputra - Pustakawan SMA Negeri 1 Ranah Pesisir