Kata Kita
Berita, Artikel, dan Opini tentang Ejaan. id dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Imbuhan Serapan Asing: --man, -wan, dan --wati
Oleh Yori Leo Saputra*
Selain membaca buku, membaca berita juga menjadi salah satu kebiasaan saya. Saya sering kali mengisi waktu luang dengan membaca berita. Selama beberapa hari ini, saya membaca berita di surat kabar daring. Saya sering menemukan kosakata yang berakhiran dengan –man, -wan, dan –wati. Contoh akhiran itu dapat dilihat pada kata seniman, wartawan, dan santriwati.
Dilihat berdasarkan asalnya, bahwasanya imbuhan –man, -wan, dan –wati bukanlah imbuhan asli dalam bahasa Indonesia, melainkan imbuhan itu termasuk imbuhan serapan dalam bahasa Indonesia. Sebagai imbuhan serapan, imbuhan-imbuhan itu bersumber dari bahasa asing. Menurut Keraf (1991: 142), imbuhan –man, -wan, dan –wati adalah imbuhan yang diserap dari bahasa Sanskerta. Imbuhan ini termasuk jenis sufiks atau akhiran dalam bahasa Indonesia.
Putrayasa (2008: 31) menyebutkan bahwa akhiran –man, -wan, dan -wati dalam bahasa Sanskerta memiliki sasaran tertentu. Biasanya, akhiran –man dan –wan digunakan untuk menunjukkan atau menyatakan laki-laki, sedangkan akhiran –wati dan –mati ditujukan atau menyatakan wanita. Lalu, kenapa akhiran –mati tidak termasuk sebagai imbuhan serapan bahasa Indonesia saat ini? Hal ini dikarenakan imbuhan –mati berasosiasi dengan kata hidup sebagai bentuk lawannya. Oleh karena itu, imbuhan tersebuttidak baik dan tidak digunakan dalam bahasa Indonesia.
Selain itu, Alwi dkk. (2000: 235) dalam Tata Baku Bahasa Indonesia juga menyebutkan akhiran –wan memiliki varian, yaitu –man dan –wan. Pada masa lampau, akhiran –man diletakkan pada dasar yang berakhiran fonem /i/. Contoh ini dilihat pada kata seniman dan budiman.
Seperti yang tersebut pada di atas, akhiran –wan dipakai untuk mengacu pada laki-laki, sedangkan untuk wanita adalah akhiran -wati. Apabila dilihat dalam perkembangan bahasa Indonesia saat ini, orang sudah biasa menggunakan bentuk –wan untuk merujuk, baik laki-laki maupun perempuan. Contohnya, kata wartawan yang mengacu pada laki-laki dan wanita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V dan KBBI daring, akhiran –wan dan variannya berfungsi sebagai pembentuk nomina. Adapun maknanya. Pertama, akhiran –wan bermakna ‘orang yang ahli dalam bidang tertentu’. Contoh makna ini dapat dilihat pada kata ilmuwan ‘orang yang ahli atau banyak pengetahuan mengenai ilmu’; fisikawan ‘ahli fisika’; dan seniman ‘orang yang mempunyai bakat seni dan berhasil menciptakan dan menggelar karya seni (pelukis, penyair, penyanyi, dan sebagainya)’.
Kedua, akhiran –wan bermakna ‘orang yang mata pencarian atau pekerjaannya bergerak dalam bidang tertentu’. Contoh makna ini dapat dilihat pada kata karyawati ‘karyawan wanita atau pekerja wanita’ dan wartawan ‘orang yang perkerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat di surat kabar, majalah, radio, dan televisi’.
Ketiga, akhiran –wan bermakna ‘orang yang memiliki barang atau sifat khusus’. Contoh ini dapat dilihat pada kata hartawan ‘orang yang banyak hartanya atau orang kaya’; bangsawan ‘orang berbangsa’; dan dermawan ‘orang yang suka bederma (beramal dan bersedekah)’.
Itulah penjelasan singkat mengenai imbuhan serapan –man, -wan, -wati dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat dan mencerahkan.
Sumber Bacaan
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: PT Refika Aditama.