Kata Kita
Berita, Artikel, dan Opini tentang Ejaan. id dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Beberapa Masalah Mengenai Kata Ulang
Oleh Yori Leo Saputra*
Dalam tata bahasa tradisonal, kata ulang disebut juga reduplikasi. Menurut Kridalaksana (1996: 12) reduplikasi merupakan salah satu proses morfologis. Secara bahasa, kata ulang diartikan ‘kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi, misalnya batu-batu, tetamu, dag-dig-dug’ (Kridalaksana, 2011: 112).
Berdasarkan jenis pengulangannya, kata ulang dibagi atas empat, yaitu dwipurna, ulangan utuh, dan dwipurna salin suara. Disebut dwipurna, kata ulang ini terjadi pengulangan atas suku kata awal. Biasanya, vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi ê (pepet), misalnya lelaki dan tetamu—sedangkan kata ulangan utuh terjadi atas seluruh bentuk dasar. Keraf (2018: 120) dalam Tata bahasa Indonesia membagi kata ulangan utuh menjadi dua, yaitu ulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar dan ulangan atas bentuk dasar berupa kata jadian berimbuhan. Contohnya, makan-makan dan perbuatan-perbuatan.
Semantara itu, yang dimaksud dwilingga salin suara adalah kata ulang yang terjadi atas seluruh suku. Akan tetapi, pada salah satu lingganya terjadi perubahan pada suatu fonem atau lebih. Contoh, gerak-gerik dan sayur-mayur. Selain itu, ada pula yang disebut ulangan berimbuhan. Ulangan ini biasanya mendapat imbuhan pada lingga pertamanya atau pada lingga kedua. Contohnya, berlari-lari dan kuda-kudaan.
Setalah melihat definisi kata ulang dan jenis kata ulang di atas, namun tahukah kamu ada beberapa masalah yang terjadi pada penulisan kata ulang? Berikut adalah beberapa masalah mengenai penulisan kata ulang.
1) Cara Penulisan
Dalam Ejaan bahasa Indonesia yang Disepurnakan (2022), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia telah mengatur cara penulisan kata ulang dengan lengkap, maksudnya kata ulang tidak ditulis menggunakan angka 2 atau dalam bentuk lainnya. Misalnya, jalan2. Penulisan seperti ini hanya berlaku untuk keperluan sendiri dan tidak digunakan pada ragam ilmiah. Namun, sebaiknya penulisan demikian harus dihindari dalam hal tulis-menulis.
2) Kata Ulang Sering tidak Menggunakan Tanda Hubung (-)
Selain masalah di atas, masalah yang acap terjadi ketika penulisan kata ulang adalah tidak membubuhkan tanda hubung di antara unsur-unsur kata, misalnya ikan ikan. Padahal, dalam EYD (2022) sudah dijelaskan bahwa salah satu fungsi tanda hubung (-) digunakan untuk menyambung unsur bentuk ulang. Untuk membedakan bentuk tanda hubung dengan tanda pisah dapat dilihat pada garis horizontal yang digunakan. Tanda hubung bisanya memiliki garis horizontal yang pendek, sedangkan tanda pisah memiliki garis yang lebih panjang daripada tanda hubung.
3) Cara Penulisan dan Mengulang Kata Ulang pada Kata Majemuk atau Gabung
Cara mengulang kata ulang pada kata majemuk atau gabung, biasanya hanya dilakukan pada kata pertama yang diulang jika kata pertamanya merupakan kata benda. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut.
orang gila → orang-orang gila
meja makan → meja-meja makan
4) Kata benda yang Didahuhui Kata-Kata yang Menyatakan ‘Jamak’ tidak perlu Diulang
Contohnya:
Tepat
para siswa
semua pria
banyak daerah
Tepat
siswa-siswa
pria-pria
daerah-daerah
Tidak Tepat
para siswa-siswa
semua pria-ria
banyak daerah-daerah
Dalam bahasa Indonesia, para, semua, dan banyak adalah kata yang menunjukkan pergertian jamak. Jamak secara bahasa memiliki makna ‘bentuk kata yang menyatakan lebih dari satu atau banyak’ (lihat KBBI, V).
Inilah beberapa masalah yang terjadi dalam penulisan kata ulang. Semoga ulasan ini bermanfaat dan mencerahkan.